Tumbal pancang jembatan

  Tumbal pancang jembatan 

        Atsiilah sutra kharmelia khoirunnisa 

“Kalau ada proyek di dekat rumahmu yang memakan waktu lama, namun tidak kunjung selesai. Mungkin ada sesuatu hal gelap di baliknya yang tidak kamu ketahui”.

Karjo segera menghadap pada pimpinan proyek, sesaat setelah ia memasuki are pembangunan jembatan itu. Dan hanya dalam hitungan menit, semua lampu dinyalakan. Semua mesin dan peralatan yang adapun dihidupkan. Suara yang bising berpadu dengan debu yang berterbangan.  

Yang tadinya sunyi dan gelap, kini berubah jadi terang benderang. Meski tak dapat dilihat dari luar karena tertutup oleh pagar seng. Bulan yang hanya separuh menyaksikan dari kejauhan. Saat anak-anak itu digiring menuju pancang yang ada pada tiang jembatan.

Wajah-wajah lugu mereka nampak mengkilap karena berkeringat, salah satu dari mereka menanyakan tempat yang akan dituju. Tapi Karjo dan teman-temanya hanya diam saja, wajah mereka nampak sangat tegang. Sudah 4 kali tiang jembatan dipasang, tapi selama 4 kali pula, tiang itu roboh tergerus air. Sementara tiang bagian selatan, sama sekali tidak bisa dipasang. Karena area sekitar tiang selalu basah oleh aliran air sungai. Jika tiang pemancang itu tidak terpasang, maka tidak ada kerjaan lain yang bisa dikerjakan. Sebab tiang-tiang itulah yang nantinya akan menjadi penyangga bagi badan jembatan. Para pekerja dan kontraktor telah melakukan berbagai upaya, agar jembatan bisa terpasang. Mulai dari memompa air sungai dan memanggil tenaga ahli untuk menanam tiang, tapi semua usaha itu sia-sia.

Tiang jembatan tetap saja tidak bisa terpasang. Sementara, deadline pengerjaan semakin dekat. Waktu terus berjalan, hingga membuat kontraktor proyek mendatangi paranormal. Karena saking putus asanya, sehingga mencoba upaya yang berbau mistis. Sesampainya di rumah paranormal, kontraktor proyek mengutarakan apa maksudnya. Dan nampaknya paranormal itu sudah sangat paham. Belum selesai kontraktror proyek menjelaskan masalahnya, paranormal itu sudah berkata “anaku, perlu kalian tahu! Lokasi yang akan kalian bangun jembatan itu sangat keramat, mereka akan terus menganggu. Selama belum diberikan tumbal pancang jembatan”. Alangkah terkejutnya sang Cahyo (kontraktor proyek) saat mendengarkan penjelasan si paranormal, bahwa tumbal yang diminta bukanlah kepala kerbau, melainkan 5 kepala seorang anak manusia.

Yang masing-masing akan dipasang di tiap titik tiang pancang. Karjo pun disuruh Cahyo untuk mencari 5 orang anak yang akan mereka tumbalkan tersebut. Tapi ia sengaja, menyuruh Karjo untuk mencari anak-anak dari luar pulau. Agar yang mereka lakukan tidak terendus.

Langit malam yang kelam, jadi saksi kekejaman Karjo dan rekan-rekanya. Masing-masing dari mereka memegang satu orang anak, kemudian memasukanya ke dalam lubang berdiameter 1 meter. Lalu anak-anak itu dicor hidup-hidup dengan campuran semen dan pasir. Mesin sengaja dinyalakan, agar suara ketakutan serta kesakitan anak-anak itu tidak bisa terdengar. Tersamarkan oleh deru suara mesin raksasa. Anak pertama yang belum tahu apa akan terjadi, menurut saja saat dibawa kedepan. Tak sempat berteriak, tubuhnya langsung ditenggelamkan dengan semen cair.

4 anak yang menyaksikan anak pertama dicor hidup-hidup, kemudian mulai berteriak meminta tolong. Mereka menangis histeris ketakutan, karena mereka tahu, semua hanya soal waktu untuk dicor secara hidup-hidup bergantian. Meski keempat anak itu berusaha melarikan diri, namun tenaga mereka kalah jauh oleh Karjo dan para rekanya. Dengan kejam, tanpa kenal belas kasih. Anak-anak itu diseret satu persatu ke dalam pipa dan mengecornya dengan semen basah. “Ampun om, ampun. Jangan masukan saya kesitu” salah seorang anak memohon ampun, namun tetap saja dia ditenggelamkan dengan paksa. Bahkan jemari mungilnya masih menempel dipinggiran pipa, sebagai bukti perlawanan dia untuk tetap hidup. Namun naas, nyawa mereka harus melayang dengan sia-sia. Para pekerja itu sengaja tidak saja menggunakan kepala anak-anak itu.

namun sebadan-badan mereka tenggelamkan dalam tiang jembatan. Karena mereka yakin, akan kesulitan menyembunyikan kelima bagian tubuh anak tersebut. Setelah pengecoran selesai, ada kejadian mistis yang langsung terjadi. Langit berubah tiba-tiba memerah, persis seperti percikan darah. Suasana langsung mencekam, meski saat itu terang benderang. Air sungai yang tadinya menggenangi tiang jembatan, tiba-tiba saja langsung menyusut entah kemana. Tiang-tiang itu langsung berdiri dengan tegaknya.

Karjo dan rekan-rekanya merinding menyaksikan semua itu. Terlebih ada aroma wewangian yang menyelimuti area tersebut. Dibarengi dengan munculnya sosok wanita cantik, di antara kelima tiang tersebut. Dengan rambut yang terurai, bergaun kuning. Tanpa sepatah katapun sosok wanita itu hanya memandangi Karjo dan rekan-rekanya. Kemudian ia menghilang begitu saja. Karjo kemudian meminta kepada para rekanya, untuk melanjutkan pengecoran dan pemasangan tiang. Agar keesokan harinya, mereka bisa mengerjakan pekerjaan lain.

Hingga hampir dini hari para pekerja beraktifitas. Sebagian dari mereka, tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hanya beberapa pekan setelah kejadian itu, jembatan sudah terbangun. Meski belum bisa digunakan, namun pekerjaanya sudah hampir selesai.

Tinggal memasuki proses finishing. Beberapa pekan berlalu, Karjo selalu dihantui rasa bersalah setiap kali melintasi jembatan tersebut. Di pelupuk mata dan telinganya, terbayang tangis ke 5 anak yang dijadikan tumbal. Tangis mereka yang bercampur dengan suara deru mesin, seolah selalu berdengung di telinganya. Bahkan beberapa kali Karjo melihat anak-anak itu bermain di lokasi tersebut. Sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya. Hingga Karjo akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, karena selalu dihantui rasa bersalah yang tak bisa ia tanggung lagi.

Tak jarang pula, para pengendara yang melintasi jembatan itu. Selalu melihat anak-anak yang bermain di jembatan tersebut. Kadang ada juga yang ikut menumpang di mobil. Kemunculan anak-anak tersebut selalu menjadi pertanda akan terjadinya kecelakaan di jembatan itu. Dan korbanya tidak pernah ada yang selamat, anehnya lagi. Seluruh korban adalah orang-orang dewasa, kalaupun ada anak kecil yang bersama mereka. Maka sianak akan selalu ditemukan selamat, tanpa luka lecet sedikitpun.

Menurut beberapa paranormal yang pernah didatangi oleh warga setempat, kecelakaan yang terjadi di jembatan tersebut. Disebabkan oleh para arwah anak-anak yang dijadikan tumbal pancang jembatan tersebut. Mereka menuntut balas dendam, atas hidup yang telah direnggut dengan paksa.








Komentar